Sabtu, 12 Juni 2010

Refleksi kebebasan Soe HoK Gie

Mungkin anda pernah mendengar tentang Soe Hok Gie, seorang yang sangat perduli terhadap bangsanya, dia hidup pada zaman peralihan dari orde lama ke orde baru. Dia sering menulis kritikan terhadap pemerintah saat itu (zaman sukarno), dia seorang manusia yang bebas ditengah pergulatan politik, agama,ras. Bahkan dia sudah menulis pada saat umurnya masih sekitar 14 tahunan, usia dimana seorang umumnya masih belum berpikir secara konsep intelektual. Dalam tulisannya dia berani memperjuangan aspirasi masyarakat yang pada masa itu banyak hidup di bawah garis kemiskinan. Tulisan-tulisannya banyak di buat koran-koran pada masa itu disaat sebenarnya rezim totaliter sangat membatasi kebebasan pers. Salah satu tulisan/catatannya yang terkenal adalah ketika dia mengkritik sang Presiden waktu itu yang sedang berfoya-foya di istana, sementara tak jauh dari istana tersebut ada seorang pengemis yang sedang kelaparan karena selama beberapa hari tidak makan. Tujuan tulisan-tulisannya pada waktu itu adalah mengkoreksi pemerintah yang berkuasa pada saat itu yang sudah melenceng dari dari tujuan semula revolusi 45 yang tertuang dalam butir-butir pancasila. Ditengah pergulatan politik pada saat itu, dimana ada tiga pilihan antara ikut arus, bersifat apatis, atau tetap menjadi manusia bebas. Dia memilih pilihan yang ketiga yaitu menjadi manusia yang bebas tidak berpihak ke kutub manapun. Dia memilih berpihak kepada rakyat yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sangat sulit pada saat itu. Dikala teman-teman mahasiswanya yang pada awalnya sama-sama berjuang dalam KAPPI dan KAMI untuk menggulingkan rezim yang totaliter dan diktator, tapi ketika rezim tersebut sudah terguling dan beberapa temannya tersebut mendapat posisi di pemerintahan entah sebagai teknokrat atau cendikiawan sehingga tidak lantang lagi dalam mengkritisi pemerintah. Dia tetap untuk hidup bebas tak terikat pada golongan, suku ras, pandangan politik tertentu. Dia tetap memilih menyendiri dan tetap menyuarakan hati nuraninya. Hati nurani yang bersih, jujur, idealis dan berdiri diatas semua golongan tanpa memihak salah satu golonganpun. Rasa keadilan dan prikemanusiaan berdiri diatas rasa ego dan mementingkan diri sendiri. Perjalanan hidupnya pun penuh dengan liku-liku, karena sering berseberangan dengan pemerintah yang berkuasa pada saat itu, kadang dia harus pergi secara sembunyi-sembunyi untuk menghadiri suatu acara. Pada akhir hidupnya pun dia meninggal dalam kesendirian di puncak gunung semeru pada tgl 16 Desember 1969 dan hanya ditemani seorang sahabatnya Herman Lantang. Mungkin arwahnya sudah mati tapi mudah-mudahan tulisan-tulisannya dapat menginspirasi kita agar selalu berjuang agar tujuan awal pendirian republik ini dapat tercapai. (Sumber SOE HOK GIE, catatan seorang Demonstran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar